Dimohon untuk menyertakan link jika menggandakan artikel yang ada pada blog ini. Terima kasih!

Wednesday, 5 January 2011

Kalender Hijriyah dan kepercayaan zodiak Arab kuno


Pada hakikatnya, penanggalan Hijriyah yang telah digunakan masyarakat Arab sebelum Islam, disebut sebagai penanggalan Lunisolar, yakni penanggalan Bulan yang disesuaikan dengan "Perjalanan" matahari. Hanya saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya saja kita mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah di tahun gajah. Dan penetapan awal tahun tersebut terdapat diakhir musim panas, yakni bulan September, disaat dimana pada saat itu suku/kabilah di semenanjung Arabia menganggap haram (Mucharrom) peperangan, setelah bulan Oktober, disaat dimana dedaunan menguning (Kuning = Shafr, bahasa Arabnya) berjatuhan, adalah musim Gugur (Gugur = Rabi' {Rabi'ul Awwal, Rabi'ul Tsani}) yang terdapat pada bulan November dan Desember.

Sementara itu pada bulan yang kita kenal Januari dan Februari, bangsa Arab mengalami musim Dingin/Beku (Jumad/Jumud), lalu setelah salju mencair (Rajb) yang jatuh pada bulan Maret, maka pada bulan April, para petani dan penggembala turun ke lembah (Syi'b) untuk bekerja.

Pada saat bulan Mei, Suhu mulai membakar (Pembakaran = Ramadh), dan mulai meningkat (peningkatan = Syawl) pada bulan Juni. Adapun bulan Juni; merupakan puncak musim panas yang membuat orang lebih suka duduk-duduk (Duduk = Qa'd) dirumah ketimbang bepergian. Dan pada akhirnya para penduduk Arab melaksanakan ziarah (Haji = Hajj) pada bulan Agustus.
Dan inipun ada titik temu antara kepercayaan zodiak mesir kuno (Ancient Egypt), yakni adanya dewa-dewi mesir kuno yang berawal pada bulan September. Seperti:


1. Dewa Thoth (Dewa Pembelajaran) yang dalam penanggalan Yunani = antara tanggal 29 Agustus - 27 September


2. Dewa Horus (Dewa Matahari) yang dalam penanggalan Yunani = antara 28 September - 27 Oktober








3. Dewi Wadjet (Dewi kobra kerajaan = simbol pengetahuan) yang dalam penanggalan Yunani = antara 28 Oktober - 26 November





4. Dewa Sekhmet (Dewa Perang dan pasukan berkuda) yang dalam penanggalan Yunani = antara 27 November - 26 Desember






5. Sphinx (Penjaga Harta karun) yang dalam penanggalan Yunani = antara 27 Desember - 25 Januari


6. Dewa Shu (Dewa sinar mentari dan dewa Angin) yang dalam penanggalan Yunani = antara 26 Januari - 24 Februari








7. Dewa Isis (Dewa Kedisiplinan) yang dalam penanggalan Yunani = antara 25 Februari - 26 Maret





8. Dewa Osiris (Dewa Bawah tanah) yang dalam penanggalan Yunani = antara 27 Maret - 25 April









9. Dewa Amun Ra/Ra Amun (Dewa Pembangun Dunia) yang dalam penanggalan Yunani = antara 26 April - 25 Mey









10. Dewa Hathur (Dewa Bumi dan Langit) yang dalam penanggalan Yunani = antara 26 Mey - 24 Juni



11. Phoenix (Burung Kehidupan dan Kebangkitan {sebenarnya masyarakat Arab Kuno juga mempercayai adanya kehidupan setelah mati} = Simbol Keabadian) 25 Juni - 24 Juli









12. Anubis (Penjaga Dunia Bawah dan Penentu Zodiak Lain) yang dalam penanggalan Yunani = antara 25 Juli - 28 Agustus.















Kembali tentang penanggalan Hijriyah,

Penetapan kalender Hijriyah ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata’ala: ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa,” (QS : At Taubah(9):36).
Adalah Abu Musa Al-Asyári yang menjabat sebagai salah satu gubernur di zaman Khalifah Umar r.a. pernah menulis surat kepada Amirul Mukminin untuk menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, sehingga hanya tertera tanggal dan bulan saja, sehingga surat tersebut terkesan sangat membingungkan. Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior, sepeti: Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhan bin Ubaidillah r.a. Mereka bermusyawarah mengenai kalender Islami. Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah). Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah saw.

Bulan yang terkandung puasa Asy-Syura (Suro dalam bahasa Jawa) ini, sebelum kedatangan Islam, adalah bernama Shafar awwal. Kemudian saat Islam telah mencapai kesempurnaannya, maka salah seorang umat muslim, 'Umar bin Khatthab, menggantinya menjadi "Al Mucharram" (Syarh Suyuthi ‘Ala shahih Muslim, 3:252); yang berarti bulan Mucharram adalah bulan yang sangat mulia, yakni bulan yang diharamkan untuk berperang. Dan bulan ini diletakkan pada saat hijrahnya rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah.


Rujukan:

Wallaahu a'lamu bis-Showaabu

No comments:

Post a Comment